BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Sabtu, 11 Desember 2010

Irisan Tipis Sapi Mentah yang Mak Nyuss

Via Veneto adalah ruas jalan pendek yang sangat terkenal dan elite di Roma, Italia. Sebuah film djadoel karya Federico Fellini di tahun 1960-an, berjudul La Dolce Vita (Hidup yang Indah), menampilkan beberapa scenes di jalan ini.

Hotel-hotel mewah, butik-butik eksklusif, restoran-restoran berkelas, juga Kedutaan Besar Amerika Serikat - semuanya ada di jalan ini. Istana Quirinale dan Palazzo Barberini juga tidak jauh dari sini. Setidaknya, ada dua nama dunia untuk tempat nongkrong di Via Veneto, yaitu: Harry’s Bar, Hard Rock Cafe. Sedangkan restoran-restoran terkenal antara lain adalah Cafe de Paris, Cafe Veneto, Ristorante La Dolce Vita, dan lain-lain.

Hampir semua restoran berbentuk ruangan berdinding kaca, dibangun di antara trotoar dan jalan raya, sehingga tamu restoran dapat melihat lalu-lintas mobil maupun “cuci mata” melihat pejalan kaki yang tampak modis di trotoar. Suasananya sungguh sangat romantis.

Akhirnya, saya sempat juga mengajak istri makan di sini. Karena Cafe de Paris sudah terlalu over-rated - bahkan banyak yang kecewa mutu layanan dan makanannya, maka kami memilih Cafe Veneto di sebelahnya. Kafe ini mempunyai dua bangunan kaca terpisah. Yang besar merupakan ristorante, memuat sekitar 100 kursi. Sedang yang kecil adalah Wine Lounge dan Asador, dengan kapasitas sekitar 40 kursi. Kami memilih Wine Lounge karena terlihat lebih romantis.

Asador adalah istilah untuk restoran yang khusus menyajikan daging sapi panggang Argentina. Rupanya, pemilik Cafe Veneto juga pedagang besar yang mengimpor Argentinian Beef yang terkenal itu. Tidak heran bila menu-nya menampilkan hidangan daging sapi populer itu.

Saya memilih Beef Carpaccio sebagai appetizer. Carpaccio adalah boeuf tartare versi Italia, yaitu daging sapi mentah dari Argentina yang diiris setipis kertas, kemudian dikucuri saus campuran Dijon mustard, cuka balsamik, minyak zaitun. Di atasnya ditaburi freshly cracked lada hitam dan garam laut, disajikan dengan daun rucola serta serutan keju Parmesan. Tetapi, di Cafe Veneto kejunya bukan Parmesan, melainkan Formaggio di Fossa (keju domba yang sudah mature/keras).

Untungnya, saya memilih Brunello Montalcino dari Antinori (Pian delle Viegne, 2005) yang sungguh sangat mulus dan padan untuk mengiringi carpaccio. Anggur ini dibuat dari 100 persen Sangiovese, warna merahnya cantik seperti ruby. Aromanya pun sangat indah, dengan semriwing mawar mengiringi aroma kopi dan tembakau. Sedangkan rasanya yang sedikit manis mencuatkan sedikit coklat dan berbagai berries. Tak heran bila Robert Parker Jr. memberi angka 92 untuk wine ini.

Sayangnya, saya salah memilih main course. Brunello mestinya cocok mengiringi beef tenderloin yang medium rare. Tetapi, di Cafe Veneto ternyata entrecote-nya hanya tersedia untuk porsi dua orang. Padahal, istri saya kurang suka beef. Akhirnya, saya memesan Saltimbocca alla Romana yang memang sangat khas Roma.

Sekalipun saltimbocca dibuat dari veal (daging sapi muda), teman-teman Muslim sebaiknya memesan menu ini dengan hati-hati. Soalnya, daging sapi muda ini dilapisi beberapa lembar daun sage dan prosciutto (ham). Setelah di-panfried, disiram dengan saus berbasis wine. Di beberapa restoran di Italia, saltimbocca digulung seperti rolade dan dimasak dengan Marsala dan mentega.

Karena makanan yang kami pesan tidak terlalu elaborate, sementara wine-nya sendiri berharga Eu 105, rekening makan malam kami berdua “hanya” sekitar Eu 200 (Rp 2,5 juta). Paola, sommelier cantik yang melayani kami malam itu, malah memberi kami complimentary vin santo dan almond biscotti sebagai pencuci mulut.

Sungguh, sebuah pengalaman makan malam yang mengesankan. La Dolce Vita!

0 komentar: